Dilihat dari hasil penelitian Global Coral Reef Monitoring Network menunjukkan bahwa, lebih dari dua pertiga terumbu karang diseluruh dunia telah rusak, bahkan terancam punah. Ancaman ini tak lain karena adanya pemanasan global yang tengah terjadi.
Berbagai ancaman dapat beresiko bagi kelangsungan terumbu karang, misalnya pencemaran, penangkapan ikan berlebihan, kenaikan temperatur(pemanasan glonal), dan penggunaan sianida dan bom untuk menagkap ikan. Namun, pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia adalah penyebab utamanya. Kenaikan suhu secara mendadak, walaupun kecil akan menyebabkan terumbu karang “memutih” karena lepasnya ganggang dari jaringan terumbu.
Kepunahan terumbu karang akan merugikan ekonomi sebuah negara, seperti di Filipina dan Madlive. Sebab, kedua negara itu menjadiakn terumbu karang sebagai makanan dan sumber penghasilan sektor pariwisata. Selain itu, kepunahan terumbu karang menyebabkan hilangnya daerah pesisir, dan membuka peluang terjadinya pengilisan yang disebabkan gelombang laut.
Terumbu karang diseluruh dunia menghasilkan lebih dari US $ 30 juta setiap tahunnya. Menurut WWF (World Wildlife Fund), jumlah itu termasuk pendapatan dari sektor pariwisata dan industri perikanan. Menurut hasil penelitian, lebih dari 5% terumbu karang yang membalut daerah kepulauan Karibia mengalami kepunahan setiap tahunnya. Fenomena itu akan mengakibatkan meningkatnya kerugian ekonomi hingga US $ 870 juta pada 2015. jumlah kerugian itu sudah termasuk pengikisan yang disebabkan punanhnya daerah pesisir alami yang sebelumnya dibentangi oleh terumbu karang.
Berdasarkan laporan penelitian , seperlima terumbu diseluruh dunia telah kehilangan 90% karang dan tidak dapat diperbaiki. Sementara itu seperempat terumbu karang tengah berada pada titik kritis karena kehilangan lebi dari 50% organisme. Seperempat terumbu karang lainya tengah terancam , dengan lebih dari seperlimanya kehilanhan karang. Hanya 30 % terumbu karang dunia yang benar-benar tidak terancam.
Sebelumnya , kenaikan teperatur air laut akibat El nino pada 1998 menyebabkan punahnya 16% terumbu karang dunia. Gelombang itu menghangatkan permukaan air laut dipesisir barat Amerika Selatan dan memberi dampak pola cuaca dibelahan bumi lainnya. Analisis dari laporan itu menyebutkan, kerusakan terumbu karang akibat El nino merupakan kerusakan serius dalam 1.000 tahun terakhir, dan diperkirakan hanya terjadi satu kali dalam 50 tahun kedepan. Adapun pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas karbon dioksida yang berasal dari berbagai aktivitas manusia , misalnya pembakaran bahan bakar mobil, pabrik, dan stasiun pembangkit telah menjadi ancaman bagian kehidupan sehari-hari.
Meningkatnya emisi gas CO2 atau efek rumah kaca telah merugikan karang akibat meningkatnya suhu. Kenaikan jumlah co2 yang dirasakan air laut membuat jumlah karang yang dapat mengeras karena kapur atau yang tengah membentuk terumbu karang menurun. Oleh karena itu, para peneliti yang tergabung dalam Global Coral Reef Monitoring Network mengusulkan pengurangan emisi gas co2 dan efek rumah kaca lainnya untuk menyelamatkan terumbu.
Langkah lain yang diajukan , menurut kepala program laut WWF Simon Cripps, antara lain memberi perlindungan terhadap persediaan ikan peliharaan, memberi perlindungan dengan menentukan wilayah konservasi, dan melatih populasi lokal soal pentingnya cagar alam.
Sumber : Efek Rumah Kaca, Siti Mukaromah
0 komentar:
Posting Komentar